Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Generasi Muda dan Kemerdekaan

Cerpen Generasi Muda dan Kemerdekaan
Cerpen Generasi Muda dan Kemerdekaan

Generasi Muda dan Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi momen simbolis karena Indonesia secara resmi menyatakan diri sebagai negara merdeka. Dalam pidatonya saat penyampaian proklamasi kemerdekaan, bung Karno berkata "jangan sekali-kali meninggalkan sejarah"

Sebagai generasi muda yang bermanfaat untuk kepentingan rakyat serta bangsa, harus mengerti dan paham akan sejarah Indonesia. Jangan sampai meninggalkannya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawan dan sejarahnya. Maka dari itu generasi muda saat ini harus memiliki dan menanamkan rasa nasionalisme serta patriotisme dalam diri.

17 Agustus 2023 genap 78 tahun bangsa Indonesia merdeka. Yang artinya kita selaku rakyat Indonesia terbebas dari belenggu penindasan dan penyiksaan bangsa-bangsa asing. Kearifan dan keanekaragaman Indonesia lah yang membuat bangsa asing tergiur untuk mengambil alih kedaulatan Indonesia.

•••

Di tengah teriknya matahari yang membuat ruangan kesenian pengap dan panas setelah memperingati kemerdekaan Indonesia, tidak mematahkan semangat kedua siswi yang tengah berlatih mempersiapkan penampilan untuk malam yang akan datang. Tepat malam nanti, mereka akan tampil di hadapan masyarakat, berkreasi menyalurkan seni yang tertanam didalam diri masing-masing.

Mereka berdua mempunyai teman ekstrakurikuler yang setiap latihan selalu lesu seperti tidak ada minat. Namun untuk apa ia ikut mendaftarkan diri dari 20 orang anggota kesenian sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam lomba kesenian?

"Zef, kali ini bisa serius? Nanti malam kita udah tampil loh. Dan strategi kita selama satu bulan penuh latihan masih belum selaras." ucap Azarine kepada Zefftian yang tengah memasang raut lesu.

"Ada yang salah selama kita latihan tari dan sepakat menampilkan kesenian lokal?" Azarine pun bertanya kembali karena tak kunjung mendapat jawaban dari Zefftian

"Kita berdua butuh penjelasan kamu, Zef." sahut Risva yang duduk di samping Zefftian. Saat ini ketiga siswi itu tengah berada di ruang kesenian yang letaknya di dekat ruang guru, di sekolah tempat mereka menimba ilmu. SMAN 1 cibeber, nama sekolah tersebut.

Terdengar helaian nafas gusar yang di ciptakan oleh Zefftian. Tentu saja hal itu disadari oleh Azarine dan Risva.

"Aku kurang srek sama apa yang kita lakuin selama satu bulan ini." katanya yang mengundang tatapan terkejut dari Azarine. Azarine berdecak, mengapa teman ekstrakurikuler nya ini baru mengemukakan pendapat disaat usahanya selama ini akan ditampilkan nanti malam.

"Dari awal kita udah nanya berulang kali sama kamu, Zef. Bahkan aku sama Aza sepakat setelah kamu bersedia dan ga keberatan sama keputusan kita." ujar Risva yang sedikit tersulut emosi.

"Acaranya malam ini Zef. Bukan satu atau dua mingguan lagi." timpal Azarine. Zefftian mengangguk dengan pandangan tertuju pada kedua temannya secara bergantian. "Aku tahu. Tapi aku juga punya tujuan kenapa aku menyerahkan diri ikut lomba ini." 

"Tujuan kamu ikut serta berpartisipasi dalam lomba kali ini untuk memperkuat kesenian lokal, bukan?" tanya Risva dibalas gelengan kepala oleh Zefftian. Tatapan kedua gadis yang tengah dilanda kegelisahan karena acara yang akan datang nanti malam, seolah bertanya-tanya meminta penjelasan dari Zefftian.

"Aku pikir kalian bakalan pilih dance untuk ditampilkan saat Gelar seni generasi muda.

"Dari judulnya aja udah ketahuan, Zef, kalau yang akan ditampilkan adalah kesenian!" sargas Azarine memotong ucapan Zefftian. "Tapi sebelum itu Bu Dea bilang, kita bebas menampilkan apa saja yang berbau seni dan unik."

"Lantas menurut kamu dance yang diadaptasi dari pengaruh luar, merupakan kesenian lokal?" sahut Risva. Ia tak habis pikir dengan keinginan Zefftian yang lebih memilih kesenian bangsa luar daripada kesenian lokal bangsanya sendiri.

"Bagaimana kalau latihan siang sampai sore di hari ini, kita latihan dance saja? Menurut aku dance itu mudah untuk ditiru dan diingat." ujar Zefftian dengan binar di wajahnya.

"Gila kamu, Zef. Acaranya saja nanti malam. Dan apa tadi? Latihan dance dari siang sampai sore? Yang benar saja! Lantas perjuangan kita selama satu bulan penuh akan sia-sia begitu saja?" balas Azarine di angguki Risva.

"Zef, yang lokal saja susah untuk ditiru dan di pertahankan, apalagi yang dari luar. Kita sebagai rakyat Indonesia sudah sepatutnya mau meniru kesenian dan menghormati keanekaragaman negara kita sendiri. Selain untuk menghormati hasil jerih payah para pahlawan, kita juga agar tidak tergiur dengan pengaruh luar yang nantinya akan menimbun rakyat Indonesia untuk meninggalkan budayanya sendiri." ucap Risva

"Kamu mau bangsa Indonesia di jajah untuk yang kesekian kalinya? Kalo aku sih tidak mau. Sudah enak hidup hasil perjuangan para pahlawan, untuk apa di sia-siakan?" ucapnya kembali yang sedikit geram dengan tujuan Zefftian

"Setidaknya kita hanya meniru bukan mempertahankan." timpal Zefftian yang masih teguh pada pendiriannya. "Itu artinya kamu lebih tertarik dengan kearifan bangsa luar dan tidak berinisiatif melestarikan kearifan lokal Indonesia." sahut Azarine

"Zef.. Saat ini kita punya tugas mempertahankan dan mengembangkan jerih payah para pejuang. Kemerdekaan kita pun justru akan jadi perjuangan yang lebih berat. Karena pengaruh bangsa asing yang mulai meresap secara perlahan di Indonesia."

"Generasi muda saat ini memegang teguh pencapaian para pejuang kemerdekaan, memegang teguh pendirian bangsa Indonesia, dan berusaha bersatu padu agar tidak terpecah belah. Kita selaku Generasi muda harapan bangsa, tidak bisa seenaknya bebas tanpa aturan."

"Indonesia punya dasar negara, Indonesia punya keanekaragaman nya sendiri, siapa lagi jika bukan Generasi di era reformasi yang melanjutkannya." Azarine menghela nafas setelah berbicara lumayan panjang, mengeluarkan pendapatnya sendiri dan pandangannya terhadap masa kini yang lebih tergiur oleh budaya asing

Tepat saat Azarine selesai berbicara, pintu ruangan kesenian di buka perlahan oleh pembina ekstrakurikuler kesenian di SMAN 1 cibeber. Bu Dea namanya. Seorang guru cantik yang umurnya masih cukup muda. "Bagaimana latihan terakhir di hari ini? Sudah kompak dan selaras, kan?" tanyanya.

Azarine dan Risva hanya diam membisu, sedangkan Zefftian, ia menatap lekat Bu Dea yang tengah bertanya. "Ibu bertanya, tidak ada yang mau mengutarakan pendapatnya atau sekedar menjawab pertanyaan ibu?" lanjut Bu Dea kembali bertanya. "Sudah kompak, Bu." jawab Zefftian dengan lugas dan yakin.

Menyerah? Hampir saja itu jalan yang di pilih oleh Azarine dan Risva. Karena mereka yakin tanpa adanya persetujuan dari ketiga pihak tidak akan ada jalan mulus yang akan dilalui.

"Ibu ingin lihat seberapa jauh kalian belajar tari selama satu bulan penuh tanpa dampingan ibu". "Bisa tampilkan di hadapan ibu, sekarang?" tanya Bu Dea di balas anggukan oleh ketiganya.

Dengan segera mereka mencari space untuk menari di hadapan Bu Dea. Tari merak, tarian yang berasal dari tanah Pasundan, Jawa Barat. Tarian yang mengekspresikan kehidupan seekor burung merak itu akan ditampilkan oleh ketiga siswi ekstrakurikuler kesenian pada malam nanti menuju malam puncak perayaan kemerdekaan Indonesia.

•••

Waktu terus bergulir dan berlalu, tak terasa sekarang sudah waktunya mereka berkreasi di hadapan masyarakat menyalurkan salah satu kesenian yang beragam. Dengan senyum yang selalu terukir di bibir ketiga siswi SMA tersebut, serta doa yang tak henti di panjatkan.

Akhirnya mereka selesai melaksanakan tugasnya sebagai bentuk mengharumkan nama baik SMAN 1 cibeber, dan sebagai bentuk penghormatan untuk kemerdekaan Indonesia.

"By the way, makasih ya udah mau ingetin aku bagaimana berharganya keanekaragaman Indonesia. Maaf juga sempat ngeyel ingin menirukan budaya luar." ujar Zefftian menyesali perbuatannya tadi siang.

Dengan senyum tulus yang terukir di bibir Azarine, ia mengangguk seraya mengusap pundak temannya itu. "Gapapa, setiap orang pasti selalu keliru sama pilihannya sendiri."

Berbeda dengan Risva yang hanya diam mendengar percakapan kedua temannya itu. "Ris?" panggil Azarine. Risva menghembuskan nafas kasar, ia mendekat kala Zefftian menatapnya disertai senyuman tulus.

"Maafin aku ya. Ris. Aku sadar negara kita seluas dan seberagam itu untuk di pertahankan. Dan itu tidak mudah. Setelah di pikir-pikir, ternyata lebih mudah menghancurkan daripada mempertahankan. Terimakasih juga udah ingetin aku bagaimana jadi generasi muda yang cinta terhadap kesenian lokal."

Risva mengangguk singkat, "Gapapa, udah aku maafin. Inget ya, Zef, jangan pernah tergiur dengan budaya asing apalagi sampai diadaptasi. Karena tanpa sadar kita banyak bersuara untuk menghargai kultur negara-negara lain di luar sana. Tidak ada yang salah, namun kita harus sadar juga jika negara kita mempunyai keunikannya tersendiri. Generasi muda saat ini mempunyai kultur dan opini yang berbeda. Dan salah satunya harus bisa menghargai."

•••

SELESAI

Biodata singkat
Nama: Sulistiawati
Asal sekolah: SMAN 1 cibeber
Nomor WA: 085776869583
TTL: Lebak, 11 Juli 2007
Alamat: Kp.Cipalasari RT 01/RW 02, Desa Pasir Gombong, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak




Andi Nurdiansah
Andi Nurdiansah Pendidik di SMAN 1 Cibeber

Post a Comment for "Cerpen Generasi Muda dan Kemerdekaan"